duh, gw lagi capek banget sumpah... kemaren pas hari jum'at ampe sabtu LDKS di madania buat osis Avenue (LDKS: Latihan Dasar Kepempimpinan). Nginep dua hari satu malem. Is it worth it? You bet it is!
Hari pertama materi ma games biasa (games klo g ketelitian ya kerja sama). Diajarin apa aja yang membuat pemimpin yang baik. Tapi yang bikin rada gregetan itu anak elastic. Kan disuruh mesti bilang "Kak" sama mentor dan anak elastic, trus senyum, assalmualaikum lah... elsatic nya diem aja nggak peduli. Waktu materi, kita diajarin 3S, salah satunya senyum. Mento bilang, "Seorang pemimpin harus selalu senyum, ya. Sekarang coba kasih senyum ke kakak senior," Ya udahlah kita senyum. Tapi awkward bgt, ank elastic pada cuma cemberut gitu...
Yang bikin bulu kuduk berdiri tuh seorang Kak Akbar. Buset dah, bener2 minta digaplok tuh orang. Korban2 nya Dimas, Panji, Rafdy, Dhifa... (hang strong guys) Favorit gw:
Lagi makan, Kak Akbar suruh diem. "Makan aja kok nggak bener... Makan yang diem, yang baik, habis itu langsung kembali ke kamar, tidur. Kita semua capek di sini, nggak usah cerewet,"
Si Dimas tiba2 nyeplos, "Oke!"
Kak Akbar mulai menandakan tanda2 bahaya. "Siapa itu tadi?" dia nanya
"Saya kak," Dimas tunjuk tangan.
"Keluar, push ups 20 kali. Cepet!" and with that simple word, Dimas pergi ke lapangan basket trus beneran push up. Dia nggak bisa ngabisin makanannua gara2 ngga suka tapi.
"Kak, aku nggak suka yang ini,"
"Apa?! Push up 20 kali lagi!"
Nih juga:
"Taq, tempat sampah di mana sih?" Dhifa nanya ma Taqiyya, dianya geleng2 nggak tau. Mampusnya, kedengeran ma Kak Akbar.
"Buang sampah sendiri! Kayak nggak punya kaki aja,"
Ya udah si Dhifa bangun. Berhubung dia emang nggak tau tempat sampah di mana, dia nanya salah satu elastic. "Kak, tempat sampah di mana ya?"
Dan kakak elastic menjawab dengan manisnya, "Nggak tau. Cari sendiri napa?"
Hahaha sumpah gw takut mati berdiri ma tuh manusia! Pokoknya abis makan snack, kita tidur. Anjrit dingin abis di 8A! Trus pas lagi enak2nya melingker ngorok (nggaklah, gw nggak ngorok), tiba2 suara halus nan indah terompet membangunkan gw. "TROOOOOWEEEEEEEEEEEETTSS!!"
"Ayo bangun! Males banget sih!! Bangun!" anak elastic ngebangunin. Udah deh kita ber limabelas pake sandal/sepatu ma jaket, digiring ke lapangan basket masih menggigil (ato gw aja?). Baris2 per kelompok; that means me with Vai and Rafdy. Baguslah, Vai lucu imut kayak teddy bear *apa sih gw?* (Maaf Vai...), Rafdy bisa diandelin banyak! Lucky me!
Trus ya udah kelompok satu disuruh pergi. Selagi nunggu kelompok satu, kita diceritain hal2 yang bikin ngeringis. "Malam ini kalian akan menghadapi malam yang tidak seperti malam2 seblumnya. Malam ini, akan lebih buruk dari mimpi2 kalian yang paling buruk. Entah kalian akan bertemu dengan sesama manusia... Atau makhluk2 makhluk lainnya, kami tidak tahu... Sekarang, kalian akan - "
"AAAAAHHHHH!!!!" tiba2 dari arah lorong Art ada teriakan. Kita semua noleh. Suaranya sumpah kayak Laras!
"... Itulah yang akan terjadi pada kalian; kalian sudah dengar sendiri bukan?" si Kak mentor nyambung2 aja.
Akhirnya, 6 menit setelah kelompok satu pergi, kelompok dua a.k.a gw vai and rafdy disuruh
jalan ke arah lorong art. Perintahnya simpel, klo kita manggil "Madania" jawabnya oke, berarti temen, klo yang macem2, berarti cuekin aja.
Ya udah lah kita maju. Kita manggil2 aja kayak orang bener, "Madania? Madania...?" Akhirnya pas di ujung, Kak Rai (anak elastic) bilang "Oke,". Kita majulah ke samping MPH (tempat dhifa and the gang snack). Di situ udah ada tiga kursi ngadep pintu, dua orang anak elastic lainnya dan tentu saja... KAK AKBAR! *jreng jreng jreng jreng!*
"Duduk," katanya singkat.
Ya udah kita duduk. Vai di tengah, gw ma Rafdy di sebelah dia. Jantung udah deg deg aja, nggak tau mau diapain. Eh blom sempet kagetnya ilang, Kak Akbar udah teriak aja, "Nama kamu siapa!" ke arah Rafdy sambil nyenterin gitu.
"Rafdy, kak,"
"Kamu?" giliran Vai.
"Vai, kak,"
"Kamu?" dia nyenterin ke arah gw. Saking takutnya gw masih mikir dulu jawab apa *like d'oh!* sumpah bego abis. "Kamu namanya siapa?!"
"K - katasha, kak,"
"Ya udah," dia ngelanjutin. "Sekarang kakak tanya, kalian ngapain ikut LDKS, hah?!"
"Untuk jadi pemimpin yang baik, kak!" yeah, kita jawab serempak!
"Pemimpin? Halah! Enakan juga di rumah, kan? Ada pembantu, nggak usah kayak gini, bisa tidur - "
"Jalan2 ke mall, banyak banget, kan?" kakak elastic nyambung.
"Iya, daripada kayak gini? Kalian mau pulang, kan?!"
"Nggak - "
"Mau!" gw ma Vai noleh ke arah suara. Anjing, si Rafdy! Gw nyikut aja tuh cowok.
"Ouch, maksudnya, nggak, kak!" Rafdy dengan sangat brilian dan pintar merevisi. Yeah, nice going, dy!
"Aduh, kalian tuh nggak kompak banget sih! Mau ato nggak, jangan plin plan!"
"Nggak kak!"
"Seorang pemimpin yang baik... harus kompak, tegas," Kak Akbar ngelanjutin. "Karena tadi
kalian nggak kompak, push up tiga kali!" Dengan muka berat nan males, gw, Vai, sama Rafdy bangun dari kursi, push up di lantai.
"Ya udah, cukup!" dia ngestopin. "Sekarang, ini passwordnya," dia nyenterin kertas yang dipegang kakak kelas. "'Seorang pemimpin yang baik harus keras, tegas, lugas, dan cerdas agar pantas memimpin!'"
Kami ngikutin, "'Seorang pemimpin yang baik harus keras, lugas - "
"Salah! Dari awal!"
Gw narik napas kesel, "Seorang pemimpin yang baik harus keras, tegas, lugas dan - " mampus, kita lupa! hahaaaha bego ya? "Mmmm..."
"Cerdas! Ulang dari awal!"
"Seorang pemimpin yang baik harus keras, tegas, lugas dan cerdas agar pantas menjadi pemimpin!"
"Memimpin, bukan pemimpin! Gitu aja kok salah mulu!" sekarang Kak Rai yang
"nyemangatin". gw udah mulai gedek ma nih orang, deh, sumpah...
"Seorang pemimpin yang baik harus keras, tegas, lugas, dan cerdas agar pantas memimpin!" yeah, we got it at last!
"Ok, bagus," kata Kak Akbar.
"Sekarang kalian pergi ke situ, ke arah kolam renang," lanjut Kak Rai.
"Iya kak, terima kasih!" serempak lagi kita bilang. Kita langsung melesat ke arah gedung
Admin, nyebrangin jembatan, trus manggil2 lagi, "Madania... Madania?"
"Oke," ada kakak elastic di samping kolam renang. "Ke sini, cepet! Aduh lama banget sih! Ayo!" kita manjat tangga cepet2. "Oke, sekarang, kamu, Rafdy, tangan kamu ke belakang, raba ada lubang di situ kan? Masukin tangannya, cepet!"
"Ah!" si Rafdy rada setengah teriak gitu.
"Apa itu?" tanya Kak Imi.
"K - kodok, kak,"
"Hmm..." dia bergumam. "Oke, Vai, giliran kamu," si Vai nurut, masukin tangannya ke lubang yang sama.
"Ada apa di situ?"
"K - kodok..."
"Oh ya? Tau dari mana? Kalo saya bilang ULER gimana?"
"Kan... Loncat, kak..."
"Ya udah, coba kamu," gw ditunjuk. Ya udahlah, gw masukin tangan gw gitu. Gw raba2, kayak air2 doang. Trus tiba2, kayak ada yang keras gitu, eh, loncat!
"Eh!"
"Apa?"
"Katak deh kayaknya..." gw jawab.
"Yang bener dong, katak ato kodok!"
"Kodok, kan kulitnya keras, Kat,"
"Oh ya, kodok, kak,"
"Oke, sekarang kalian ke kolam renang yang dangkal itu, pos kedua, cepet! Lama ya!" si kakak
nunjuk ke arah kolam pendek.
"Iya kak, terima kasih,"
Kita ke sana, setengah ngibrit gitu. Sekali lagi, disuruh cepet (sumpah apa mreka g tau gw badannya segede gajah bledug gini g bisa lari??). Kita bisa liat kelompok satu pergi ke arah kantin. Trus ada kayak tiga ato dua (?) anak elastic (sorry, bad memories).
"Kalian bawa baju ganti kan?" tanya salah satu elastic.
"Iya, kak,"
"Oke, berarti kalian tau resikonya bawa kan? Salah satu kalian, turun ke kolam ini, cari koin dua ratusan. Ayo cepet (gondok gw ma perintah "cepet!")"
Karena Rafdy, gw menggigil kayak gila, akhirnya Vai lah yang turun (brave girl, she is...). Kita berdua disuruh nge guide Vai untuk nemuin tuh koin, which was nearly impossible, considering the fact that we don't have any lights. Tapi, emang kitanya yang keren bin sakti atau Allah akhirnya ngabulin shalat gw yang sehari sekali (boong lah), Vai bisa mungut tuh koin dalam waktu sekitar empat sampai lima menit. Yeah!
Yang bikin rada2 tuh waktu Vai nyari, si kakak elastic bilang ke Rafdy, "Rafdy, kamu pake boxer nggak?"
"Nggak kak, kenapa?"
"Ah, buat jaga2 doang..."
Hahahaa... Yah pokoknya kita berhasil deh. Kita disuruh ke arah kantin, dan seperti biasa, ritual kita, "Madania? Madania?"
"Apa? Apa?" nongol suara dari kantin. Kita deketin. Kakak elastic ada di kursi gitu. "Oke, oke," dia ngelanjutin. Si Rafdy udah curiga, bilang nggak usah, eh, gw nya keukeuh mo ke sana. Taunya... Rafdy bener! Malu deh... *blush*
Mereka nggak marahin sih, cuma nanya menurut kita ini jalan yang bener ato nggak, trus ngusir hehe....
Yah pokoknya di post terakhir, kita di tutup matanya pake dasi, naro tangan di pundak temennya. Gw yang mimpin (sial!)... Gw udah pasrah aja di tukang parkirin, "Kiri, kanan... Loncat! Jongkok, awas, ada pohon! Aduh, dibilangin jongkok! Lebih pendek dong ah!"
Akhirnya2 nyampe juga ke lapangan basket tempat kita mulai. Di sana kelompok satu udah ngumpul. Kita ditawarin bandrek, tapi gw nggak mau juga sih, rada nggak suka. But the mentors said it's good for us, jadi, yah... Mo gmana lagi? Gw minumlah tuh bandrek jahe yang spicy itu (bagi yang g tw, gw benci mint, spicy things, sama cabe/sambel).
Pas udah ngumpul semua, kita disuguhin ma bandrek jelek itu. Eh taunya, tuh bandrek lah yang jadi senjata pamungkas kakak2 elastic dan mentor2.
"Kalian kurang teliti. Ini memang pist terakhir, iya, tapi kalian lupa menyebut Madania. Dan kamipun belum menjawab oke, bukan? Sementara kalian tetap saja melakukan apa yang kami perintahkan. Sekarang, coba, buka tutup termosnya, Rafdy,"
Dibuka dan... TAI!!! Ada sepatu ma kaos kaki di situ, dicelupin gitu... Ah, pngen muntah, tapi takut ngotorin. Anjing banget nggak sih?
Hahaha, tapi seru bgt kok jurit malemnya. Gw nggak nyesel ikut LDKS. Dan gw juga bangga ikut Osis Avenue. Coba ada sedikit lagi tmen2 gw yg mo ikut Osis. Pasti bakal lebih seru tuh... Haha...
Well, gw mau dipijit dulu, pegel... See ya!
0 thoughts:
Post a Comment